Akankah Bernanke Mengulang Pidato Dua Tahun Lalu?

New York - Pasar keuangan termasuk bursa saham berharap Gubernur Federal Reserve, Ben Bernanke mengulang peristiwa dua tahun lalu saat membahas pelonggaran kuantitatif dalam simposium tahunan di Jackson Hole.

Bernanke menyampaikan pidato yagn ditunggu-tunggu pasar pada Jumat pagi pukul 10:00 waktu setempat. Sama seperti dua tahun lalu, ekspektasi pasar terhadap kebijakan tersebut sangat tinggi.

Pasar mengantisipasi, Fed akan memiliki kebijakan lain sehingga bukan pelonggaran kuantitatif yang luncurkan ke depan. Namun pasar juga memiliki perhitungan jika Fed tidak memiliki kebijakan apapun.

"Saya pikir, pasar akan lebih banyak menyiapkan harapan untuk QE. Tetapi saya pikir ada perspektif yang lebih realistis bawha Jackson Hole bukanlah tempat yang dapat menghasilkan inisiatif kebijakan yang baru. Apalagi kalau dinilai akan menjadi kontoversi," kata Alan Ruskin, analis pasar uang di Deutsche Bank.

Hingga pertemuan berlangsung, pasar akan menunggu harapan tersebut menjadi kenyataan. Walaupun berpotensi menjadi kekecewaan yang terlalu dini. Dengan demikian, pada pekan pertama bulan September akan terjadi hal yang sangat penting.

Pergerakkan dolar AS dapat positif jika Bernanke tidak mengandalkan pelonggaran kuantitatif. Hal ini karena telah membebani dolar karena membuka keuntungan bagi aset berisiko seperti saham dan komditas.

Banyak analis memperkirakan jika Fed memiliki program lanjutan dalam pelonggaran kuantitatif maka akan terjadi pembelian terhadap mortgage-backed securities dan treasury. Namun diperkirakan akan lebih kecil dari sebelumnya dan akan berjalan hingga Desember 2012.

Selain soal QE, banyak ekonom yang berharap Fed memperpanjang tanggal berakhirnya kebijakan suku bunga renda menjadi 2015 dari pertengahan tahun 2014.
Program pelonggaran kuantitatif kedua sebesar US$600 miliar yang ditujukan untuk menekan suku bunga jangka panjang. Namun The Fed telah melakukan pelonggaran sebelumnya. Pada puncak dari krisis keuangan 2008-2009 bank sentral AS ini menyuntikkan lebih dari US$1,5 triliun ke pasar.

Sumber : INILAH.COM